Aku Bukan Orang Baik, Kalaulah Bukan karena Allah Menutup Aib-Aibku
Kaos Distro : Dalam sebuah acara di Masjid Sunda Kelapa, ustadz Salim Fillah bercerita tentang Nabi Yusuf a.s. Di tengah-tengah cerita, beliau bertanya kepada jama’ah, “Siapa nama perempuan yang menggoda Nabi Yusuf ?
“Zulaikha,” jawab jama’ah kompak.
“Dari mana tahunya bahwa nama perempuan itu Zulaikha? Allah tidak menyebutnya dalam Qur’an.”
Refleks jama’ah menjawab, “Dari hadits.” Hadits mendukung kisah yang ada dalam Qur’an dengan lebih detil.
“Mengapa Allah tidak menyebut nama Zulaikha dalam Qur’an?”
Semua jama’ah diam. Ustadz Salim melanjutkan penjelasannya.
“Karena perempuan ini MASIH MEMILIKI RASA MALU. Apa buktinya bahwa ia masih memiliki rasa malu? Ia menutup tirai sebelum menggoda Yusuf. Ia malu dan tidak ingin ada orang lain yang tahu tentang perbuatannya. Dan Allah menutupi aib orang-orang yang masih memiliki rasa malu di hatinya, dengan tidak menyebut namanya dalam Qur’an.”
Betapa Allah Maha Baik. Tak hanya sekali, namun berulang kali Allah menutup dosa-dosa kita. Hanya karena masih memiliki rasa malu, Allah tidak membuka identitas kita.
Pernahkah ada seseorang yang nampak baik di hadapan orang lain ?
Apakah benar orang itu baik atau ia tampak baik karena Allah menutup aibnya ?
Jika saja mau jujur, sungguh itu bukan karena kebaikan kita. Itu semata karena Allah masih menutupi segala aib kita. Kalau kita mau jujur, dosa dan kesalahan kita amat banyak. Jauh melebihi dosa dan kesalahan kita yang diketahui orang lain. Orang lain mungkin hanya mengetahui aib kita yang terlihat atau terdengar oleh mereka.
Sadar atau tidak sadar setiap hari banyak diantara kita yang melakukan maksiat diam diam, mencuri diam diam, korupsi diam diam, menggunjing diam diam. Setiap hari banyak diantara kita yang sadar atau tidak sadar berbohong demi sesuap nasi, mengambil hak orang lain, menyakiti orang lain. Sadar atau tidak sadar kita banyak ‘mencederai’ Allah dan manusia.
Saudaraku.
Jika saat ini kita tampak hebat dan baik dimata orang, itu hanya karena Allah taala menutupi aib dan keburukan kita. Jika tidak, maka habislah kita. Terpuruk, seterpuruk-terpuruknya. Malu, semalu-malunya. Hina, sehina-hinanya. Seperti tak ada lagi tempat tersedia untuk menerima kita.
Maka janganlah merasa sombong dan mengangap diri selalu baik serta selalu membicarakan dan menggunjing keburukan dan masa lalu orang lain.
Boleh jadi orang yang dibicarakan melakukan satu dosa tapi kita melakukan dosa lain yang bahkan lebih banyak tapi tak terlihat.
Boleh jadi dosa dan kesalahan kita jauh lebih berat dari orang yang kita bicarakan , tetapi Allah tidak membuka aib kita.
Boleh jadi orang tersebut pun mulia di hadapan Allah karena menangisi akan dosa dosa yg di perbuatnya. Sedangkan kita menjadi hina di hadapanNya, karena bangga dengan amalan kita, yang mungkin tidak bernilai dihadapanNya.
Jadi marilah berhenti membicarakan aib dan kejelekan orang lain. Mari sibuk mengoreksi diri sendiri dan memperbaiki diri. Demi Allah, setiap kita akan kembali padaNya mempertanggungjawabkan setiap hal yang kita lakukan, sekecil apapun.
Allahua’lam.